Summer reflection
Aku mau menulis tentang suatu hari di mana aku menyadari tengah hidup dalam alam yang kuimpikan semasa remaja. Aku bekerja sebagai peneliti di sebuah institusi bagus, mengerjakan proyek yang kudesain sendiri. Jika peneliti doktoral lain banyak memusingkan kemerdekaan berpikir karena bekerja sebagai karyawan di bawah proyek induk dengan agenda tertentu, aku tidak. Aku merdeka karena memiliki funding sendiri. Funding yang kuamankan setelah tiga tahun bertubi-tubi dihadang berbagai kegagalan. Kegagalan-kegagalan itu datang setelah aku selesai kuliah master yang hingga pada saat itu merupakan gunung tertinggi yang pernah kutaklukan. Mungkin aku begitu sombong hingga perlu waktu tiga tahun penuh kekalahan itu untuk membumikan dan melembutkanku. Atau mungkin sebenarnya aku tidak begitu sombong karena tiga tahun itu tidak melulu soal kegagalan. Aku tidak hapal semua kegagalanku tapi aku ingat perasaannya. Perasaan sesak ketika terus-terusan dicegat jalan buntu. Sehingga itulah yang...