Mati Syahid

Ketika pertama kali aku dikenalkan pada konsep mati syahid, aku ingin mengakalinya. Aku pikir aku bisa bermalas-malasan sembahyang lalu ikut perang pada suatu hari ketika dewasa untuk bisa masuk surga. Besar sedikit, aku tidak percaya soal mati syahid. Aku mulai memahami konsekuensi dari perbuatan berdosa bagi diri sendiri dan orang lain, lalu tidak percaya semua itu bisa diampuni dengan begitu mudahnya. Besar sedikit lagi, aku kembali percaya. Aku menyaksikan perempuan-perempuan di sekitarku melahirkan, kesulitan, kesakitan, untuk sebuah kepentingan yang bukan miliknya sendiri. Untuk seorang manusia baru, untuk suaminya, untuk keluarganya, untuk suku dan umatnya. Belum lagi perjuangan membesarkan manusia baru itu. Aku perempuan, jadi aku bersimpati. Sepertinya adil kalau perjuangan semacam itu diganjar surga secara instan. Pergi berperang pun, sepertinya tidak semudah yang aku bayangkan. Sekarang aku percaya Tuhan bahkan lebih pengasih lagi daripada itu. Kenapa perempuan tidak ta...