Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

Not that reliable

Pertama-tama, mari kembali ke masa ketika dunia yang tak bisa kau genggam itu alam metafisik, bukan internet. Kita punya sekotak barang berharga. Bukan perhiasan, tapi lebih ke setiap cuilan dari memori-memori yang ingin kita kenang. Atau boleh juga sebenarnya perhiasan karena deifinisi tiap orang atas keberhargaan kan beda-beda. Pokoknya benda berharga itu kita letakkan di dalam kotak. Kotak itu selalu berada di dekat kita dan kita buka setiap hari. Berapa besar kemungkinannya untuk hilang? Pada era berikutnya, ketika kita mulai berpijak pada dunia fisik dan digital, kita mengenal digitalisasi. Menjaga agar sesuatu tidak hilang bukan berarti hanya merawat fisiknya, tetapi membuat salinannya dan menyimpannya dalam relung-relung maya yang ukurannya belum seberapa. Perasaan kita jadi agak lega. Akhirnya lebih mudah untuk menjaga sesuatu agar tidak hilang. Pada era berikutnya, sekarang ini, ketika mungkin 70% hidup kita berlangsung di internet, terjadi semacam keserakahan memori. Aku pern

Unsettling News

Today, I received unsettling news: my instagram is disabled. That account was created in 2016, and has massively recorded my moments, thoughts, and relationships ever since. Within a split second, everything is gone. When erasing our account, they don't even give back our data. They accused me as a violator of their community guidelines without bothering to give some explanation. And that's it, they swat my genuine and very personal account like a bug.  When I delved into the internet for solutions, I found an interesting remark on someone's blog.  "You can file this, but it is not likely that you will be answered by a real person. Instagram community encompasses millions of people worldwide with averagely a few hundred thousands of complains filed everyday. To answer them, it really requires a nation's army force."  Even after being a loyal user for 8 years, when there is one mistake, from their side, I don't even get to appeal. The fate of my account is

Jiwa Dunia

Sejak membaca The Alchemist, juga sejak beberapa penggal percakapan dengan seseorang yang menyenangkan, saya jatuh cinta pada konsep Jiwa Dunia ini. Sebetulnya kisah hidupnya Santiago si penggembala tidak terlalu membekas pada saya. Alur jenakanya Andrea Hirata dan alur super detilnya Ken Follet jauh lebih nyangkut. Bahkan, cerita suramnya Haruki Murakami lebih bisa saya ingat. Barangkali karena ceritanya Coelho dipenuhi dialog dengan diri sendiri. Tidak ada tokoh yang didandani dengan detil kuat dan tidak banyak interaksi antartokoh yang bisa meninggalkan banyak pemancang-pemancang memori ketika diingat kembali. Meskipun detilnya hilang, ada beberapa yang tinggal setelah membaca cerita-cerita Coelho, yakni perasaannya, aftertastenya, dan filsafatnya. Meski saya tak ingat persis ke mana saja Santiago pergi setelah berhenti bekerja pada tukang kristal atau kapan ia berpisah dengan si orang Inggris, spiritualitas Coelho menular. Sejak The Alchemist, saya tidak bisa berhenti memikirkan hi