to be kind to ourselves
Bagaimana caranya menjadi baik pada diri sendiri adalah pertanyaan yang sering mengganggu belakangan ini. Saya sadar selama ini saya kurang begitu baik. Saya menghabiskan banyak waktu hidup untuk orang lain, bekerja keras untuk tidak mengecewakan orang lain. Itu membuat saya mengharamkan kegagalan dan membenci diri sendiri ketika terpaksa menemui kegagalan. No victory means no love. Meskipun mungkin itu benar untuk orang-orang yang kepentingannya hanya sebatas pekerjaan itu dengan diri kita, hidup tidak bisa berjalan dengan cara seperti ini. Di saat-saat rapuh itu kita paling butuh kasih dan dengan pemahaman yang tidak begitu 'kind' pada diri sendiri seperti sebelumnya, saya selalu gagal mengasihi diri saya dalam momen-momen rendah.
Otak saya kemudian berputar sederhana, apakah berarti to be kind to ourselves adalah dengan hidup sesuka kita? Jika rajin dan gigih untuk orang lain tidak baik maka apakah kita boleh bermalas-malasan? Jujur ini sempat saya gunakan sebagai alasan untuk bermalas-malasan selama beberapa waktu. Tapi yang muncul kemudian adalah perasaan kecewa pada diri sendiri. Jatuh lagi lah saya pada vicious cycle of hating myself.
Sekarang, setelah membuat keputusan yang cukup besar, yang sudah maju mundur saya pikirkan beberapa bulan belakangan, sepertinya saya sedikit lebih paham soal menjadi baik pada diri sendiri. Saya kira, dengan menantang diri melakukan sesuatu yang asing dan baru buat saya, saya sedang membuat diri berkembang, tapi dirasa-rasa, sepertinya memang tidak ada organ di dalam tubuh saya yang diciptakan untuk mengerjakan itu. Katakanlah, saya diajak beberapa teman membuat pesawat, sebagai analogi. Pesawat kami kerangkanya sudah jadi. Saya mencurahkan banyak tenaga dan pikiran untuk itu. Sekarang kami sedang mencoba membuatnya terbang, tapi saya tidak bisa melanjutkannya karena satu dan lain hal. Dulu, ketika kuliah, orang-orang membuat berbagai mesin spektakuler sementara saya hanya membaca dan menulis. Ketika ajakan untuk membuat pesawat ini muncul, ada rasa ingin membalas ketertinggalan soal mesin itu di masa kuliah. Saya bayangkan suatu saat yang entah kapan, pesawat saya akan mengudara. Sayapnya ditopang oleh buah-buah pikir saya diantaranya. Tapi membuat pesawat yang betulan bermesin dan bisa terbang rupanya sulit. Di dalamnya butuh, salah satunya, kepercayaan pada orang lain dan kemampuan untuk asertif yang sulit buat saya. Ketika rasanya semakin tidak nyaman, saya memutuskan untuk meninggalkan misi balas dendam ini.
Paginya, ibu saya mengirim foto sebaskom balado jengkol pesanan tetangga. Katanya hari ini beliau berhasil mengantongi uang 230 ribu rupiah dengan modal sekitar seratus ribu. Jumlah yang ala kadarnya mengingat bagaimana saya tahu kualitas masakan beliau, tapi ibu saya senang, maka angka tidak lagi punya kekuatan. Sehari sebelumnya, beliau juga baru selesai jualan lauk matang masakan sendiri yang jadwalnya rutin seminggu sekali. Besok libur kerja, katanya, tapi tidak libur masak, karena beliau akan masak buat acara pembukaan pengajian di Mushala. Cerita pagi tadi ini menyentil hati. Kalau ditanya ingin hidup seperti apa, saya lebih ingin hidup seperti ini dibanding punya pesawat yang terbang tinggi. Saya punya organ-organ untuk bekerja mengerjakan hal yang disukai sekehendak hati yang penting diri sendiri dan orang-orang di sekitar bahagia. Di keluarga seperti inilah saya lahir dan tumbuh. Rupanya itulah jawaban mengapa saya tidak tertarik main mesin-mesinan sejak kuliah.
Sekarang, saya tergerak untuk mengartikan menjadi "kind to ourselves" sebagai jujur tentang apa yang kita inginkan dalam hidup dan memperjuangkannya sebaik mungkin. Tidak menggunakan parameter orang lain atau mendengarkan orang lain secara berlebihan adalah kunci. Duh! Saya kira saya sudah merupakan orang yang tidak terlalu memusingkan kata orang lain, tapi ternyata masih, masih tergoda membuat pesawat.
Biarlah saya jadi lonewolf selamanya. Sekarang saya tidak akan buru-buru menambah kemampuan bersosialisasi dan berpolitik. I have most of what it takes to finish my current job, so let me do that peacefully. I won't apologize for not being able to do everything because this is my first assignment for the lesson on being kind to myself.
Komentar
Posting Komentar