Poptalk #1: Percayakah Anda pada Osananajimi?
Sore ini adik saya
memutar playlistnya keras-keras.
Salah satu isi lagunya adalah soundtrack
Kimi ni Todoke, sebuah cerita cinta
remaja yang sangat menguras tenaga untuk ditonton, karena tokoh utamanya adalah
seorang cewek super pesimis, terututup, pendiam, bahkan sampai tahap takut sama
orang, dan tokoh cowoknya adalah mas-mas gentle yang positif dan ceria tapi
polos lagi terlalu berhati-hati. Saking panjangnya perjuangan dua bocah
ini untuk bersatu, kami lupa bagaimana
persisnya jalan cerita mereka. Yang kami highlight, meski kami menamatkan seri
anime ini di saat yang berbeda dan tak pernah membahasnya sama-sekali sebelum
ini, adalah kisahnya Chizuru, Ryu, dan Tohru, kakaknya Ryu.
Chizuru, Ryu dan Tohru pernah menghabiskan masa lalu yang sangat akrab bertiga, setidaknya
sampai kakaknya Ryu ini pindah ke luar kota untuk kuliah. Ryu dan Chizuru seumuran, jadi, dari bertiga ini, kakaknya Ryu sebenarnya cuma ekstensi. Kalau
Ryu dan Chizuru main di rumah Ryu, kadang Tohru ikutan. Kalau sedang
punya uang, mas-mas baik hati ini kadang membelikan jajan untuk kedua bocah
itu. Tapi praktik di lapangan tidak sesederhana deskripsi tadi. Sebagai
penonton berusia setidaknya belasan tahun, kita tentu bisa paham dengan mudah
hubungan-hubungan tidak sederhana yang terjalin antara tiga orang tersebut.
Ryu, Chizuru, Tohru jajan nikuman dan anman |
Ryu dilihat Chizuru
setiap hari sejak kecil sampai latar waktu utama Kimi ni Todoke, yakni ketika mereka SMA. Kita tentu sering dengar
ungkapan soal betapa hal-hal terpenting dalam hidup kita justru sulit kita
syukuri. Chizuru tidak pernah betul-betul melihat ke arah Ryu seperti manusia
lupa nikmatnya udara yang kaya oksigen. Sebaliknya, Ryu yang meski sangat peka meski pendiam, menyadari lebih dahulu perubahan perasaannya terhadap Chizuru.
Kendatipun merupakan
orang yang apa adanya, Chizuru tidak banyak sesumbar soal rasa sukanya pada kakaknya
Ryu. Chizuru yang biasa berpembawaan tomboy justru terlihat sebagaimana anak
perempuan pada umumnya dalam kasus jatuh cinta mereka. Ketika mendengar berita
kepulangan Tohru ia menunggu dengan malu-malu, penuh harap, dan ingin Tohru
melihat dirinya sebagai seseorang yang berbeda, seorang gadis yang menyukainya,
bukan sekedar bocah yang dulu main dengannya. Dari semua orang terdekat
Chizuru, Ryu lah yang justru paling paham soal konflik batin Chizuru saat itu.
Puncak masalah muncul justru ketika Tohru tiba. Tohru ternyata pulang untuk mengenalkan calon istrinya. Chizuru
yang sudah bersiap-siap sepenuh hati menyambut Tohru, hancur berkeping-keping.
Karena sudah sadar sejak awal, Ryu adalah tangan besar yang sudah siap di bawah
istana hati Chizuru, menangkup pecahan-pecahannya, mengamankannya, dan
menyatukannya kembali di kemudian hari.
Tohru tak lantas jadi
antagonis. Untuk memahami hubungan Tohru-Chizuru kita harus lihat perbedaan usia
mereka yang lebih dari lima tahun. Tohru memperlakukan Chizuru secara spesial
karena dia menyayangi Chizuru sebanyak dia sayang pada Ryu. Bagi Tohru, Chizuru
adalah adiknya, adik perempuannya yang istimewa. Seperti kakak yang baik, Tohru
sangat perhatian pada Chizuru, ia hapal kesukaan-kesukaan dan
ketakutan-ketakutannya. Ketika dibutuhkan, ia dengan ringan hati menempuh jarak
jauh dan menembus apa saja demi Chizuru.
Chizuru juga mungkin
awalnya hanya mengidolakan Tohru, tapi Tohru pergi ketika Chizuru beranjak
remaja. Sejak mereka terpisah, bayangan Tohru dalam benak Chizuru menjadi tetap dan
berhenti tumbuh. Sejak saat itu, perubahan-perubahan yang terjadi pada bayangan
Tohru di dalam benak Chizuru hidup sesuai keinginan Chizuru. Saat itu juga Chizuru
mulai merasakan kekaguman romantis. Objeknya jelas bukan Tohru, tapi bayangan
Tohru di benaknya.
Sementara itu, Tohru
datang ke dunia yang benar-benar baru. Ia lepas jauh dari semua orang-orang
yang biasanya selalu ada untuknya. Ia bertemu banyak orang dan
membentuk jejaring pertemanan baru. Di antara orang-orang baru itu, ada yang
menyediakan sebagian besar dukungan emosional yang sedianya ia dapatkan dari orang-orang
di rumahnya, si pacar yang kemudian ia boyong ke rumah. Bayangan Chizuru di benaknya juga berhenti
tumbuh. Ia tetap adik perempuan istimewa yang dirindukannya, tapi tidak jadi
apapun yang lebih jauh dari itu.
Kisah ini membawa kita
melaju cepat ke tukikan turun yang tajam dan dalam sebelum membawa kita pada
akhir bahagia pasangan Ryu-Chizuru. Ketika menyadari ketidak sinkronan antar
dirinya dan Tohru yang terjadi selama Tohru meninggalkan mereka, Chizuru
berhasil meredam kekecewaannya. Lagipula pernyataan cintanya pada Tohru
dibalas. Chizuru akan selalu jadi adik perempuan istimewa Tohru. Kisah
Ryu-Chiizuru pun memasuki babak baru yang kikuk dan luar biasa lucu, tapi
menjanjikan.
Chizuru mylop! |
Osananajimi alias romansa teman masa kecil merupakan salah satu stream besar dalam genre Romance. Dalam cerita Romance yang memiliki banyak
tokoh atau minor-pairing, pasti ada
salah satu atau dua yang latar belakangnya adalah teman masa kecil. Ia bisa ditemukan di fiksi-fiksi di manapun di dunia. Di Jepang, selain Ryu-Chizuru
di Kimi no Todoke, ada juga Arima Kosei
dan Sawabe Tsubaki dari Shigatsu wa Kimi
no Uso yang tidak kalah pedih. Berkat manipulasi seorang Kaori Miyazono,
Tsubaki menyadari perasaan istimewanya pada Kosei dengan cara yang tidak kalah
roler coasternya dengan milik Chiizuru. Tsubaki yang merupakan teman sejak
kecil dan tetangga Kosei akhirnya sadar bahwa semua perhatiannya untuk Kosei
bukan karena Kosei yang membutuhkannya, tapi dirinya sendiri. Perasaan Kosei
sendiri justru jatuh sangat dalam pada Kaori Miyazono yang mengerjap sangat
terang sesaat, lalu hilang selamanya dari kehidupan mereka semua.
Suatu hari di masa kecil Kosei dan Tsubaki yang damai |
Contoh lain romansa
teman masa kecil dalam fiksi Jepang bak jerami dalam tumpukan jerami. Sebut
saja Jin-Miigusa dari Sakurasou no Pet
na Kanojo, Ran-Shinichi di Detective
Conan, mungkin hampir selusin pasangan di Naruto, dan Meirin-Asuka di Ask
Dr. Rin. Dalam fiksi barat kita bisa
sebut Love, Rosie. Dalam fiksi
Indonesia yang didominasi sinetron-sinetron runyam tak berhujung bahkan kita
bisa menyebutkan dua contoh mudah, Rachel-Farel di the legendary Heart dan
Gita-Rizki di Cinta dan Rahasia.
Yang pertama, saya sebut the legendary
karena memang sukses besar. Selain mengorbitkan dengan sukses Acha Septriasa
dan Irwansyah jadi artis top pada masanya, film ini bahkan dibuat ekstensinya dalam
bentuk seri yang khusus membahas bagian
masa kecil mereka. Osananajimi alias Childhood Romance, alias romansa teman
masa kecil dalam universe ini semakin
jelas ketika di seri, tokoh utamanya bukan lagi Luna-Farel yang ketemu waktu gede,
tapi Rachel-Farel.
Rizki dan Gita dalam Cinta dan Rahasia, serial TV Indonesia yang berbau Osananajimi |
Menurut sebuah artikel di tvtropes, “Patient Childhood Love
Interest aka: Osananajimi”, terdapat beberapa pola umum dalam Osananajimi. Pertama, biasanya muncul
sebagai kekuatan salah satu karakter dalam cerita yang sifatnya harem atau reverse harem. Diantara banyak gadis
yang bertekuk lutut pada seorang protagonis, setidaknya salah satunya punya standing point sebagai teman masa kecil
yang tahu seluk beluk keluarga hingga sisi-sisi sangat personal si protagonis.
Ini yang membuat karakter macam ini biasanya menjadi karakter terkuat, atau
kedua terkuat, dan hanya bisa dikalahkan oleh seorang heroin super sempurna.
Kedua, seorang cewek
korban osananajimi biasanya kalau
bukan “Yamato Nadeshiko” in training,
alias cewek Jepang ideal yang pinter masak, super perhatian, penyayang, bijak
dan suabar, adalah seorang cewek yang “One of the Boys”, seorang tsundere yang jungkir balik bareng
setiap saat dengan si cowok protagonis. Cara fiksi-fiksi Jepang membuka kisah osananajimi juga mudah
dihapal, biasanya dengan adegan tokoh cewek membangunkan tokoh cowok yang
tinggal di sebelah rumahnya setiap pagi.
Dalam kisah osananajimi yang gagal, seorang cewek
Yamato Nadeshiko biasanya akan bernasib seperti Tsubaki, karena kemudian dia
menyadari bahwa perhatian yang dia berikan ke Kousei selama ini bukan tanpa
syarat dan bukan demi kepentingan Kosei. Tsubaki bertindak demikian karena dia
menikmatinya. Naasnya, selama ini dia tidak sadar. Dia selalu berpikiran bahwa
Kosei yang butuh dia setengah mati. Ketika Kosei menemukan
tambatan hati betulan, dan akhirnya terbukti bahwa dia bisa hidup jauh dari
Tsubaki selama bersama tambatan hatinya, barulah Tsubaki sadar.
Cewek “One of those
boys” ada di kasus Rachel-Farel, Gita-Rizki, dan Chiizuru-Ryu (meski yang
Chiizu-Ryu agak lebih rumit). Farel dan Rizki sama bodohnya dalam menafsirkan
bentakan-bentakan dan kata-kata kasar sahabat cewek serampangan mereka sebagai
murni suara hati mereka karena mereka sudah terlalu nyaman, hampir tanpa
batasan kesopanan, hidup sebagai sepasang bocah di masa lalu, lama sekali,
sampai tumbuh sebagai sosok yang tidak mereka kenali 5-10 tahun lalu, tapi
masih dengan semua ikatan yang tidak berubah. Cewek-cewek semacam ini terlalu
gengsi, terlalu geli, atau kalah pada kecintaannya pada stabilitas hubungan kurang-lebih-sahabat dengan cowoknya.
Yang mengalahkan mereka biasanya cewek feminin lembut nan rentan
(bahkan penyakitan), yang memberi cowok-cowok ini ruang untuk menjadi
pelindung, setelah selama ini cenderung jadi anak cengeng yang dilindungi
sahabat perempuannya yang tangguh.
Meski bagai bahan utama
dalam komposisi fiksi romantis, di banyak forum diskusi orang cenderung
berpendapat bahwa kasus romantis teman masa kecil, baik yang berhasil maupun
karam dengan tragis, justru langka di kehidupan nyata. Penyebab kelangkaannya
yang pertama adalah karena ada yang namanya “Westermarck effect” yang menyatakan bahwa orang yang tumbuh bersama
sejak sebelum usia 6 tahun cenderung menganggap satu sama lain sebagai saudara.
Kecil kemungkinan ada jenis hubungan lain yang tumbuh diantara mereka. Yang
kedua, kasus osananajimi yang ‘jadi’,
sebagaimana pertemanan yang kuat dan stabil, butuh kebersamaan yang intens.
Sementara itu, di kehidupan nyata, ada banyak sekali hal yang berpotensi
memisahkan kita dengan teman-teman masa kecil kita. Di usia ketika orang tua
kita masih merintis karir, kemungkinan pindah-pindah rumah dan pindah-pindah
sekolah sangat tinggi. Selain itu, teman akrab di TK dan teman akrab di SD
seringkali berbeda. Bahkan di SD yang durasinya sangat lama, teman akrab kita
dari tahun ke tahun seringkali juga berbeda-beda. Setelah itu, ada pemisah paling manjur yang namanya pubertas. Pada masa-masa ini, pertumbuhan pesat secara
biologis membuat kita cenderung tidak nyaman dengan tubuh sendiri. Di awal
pubertasnya biasanya seorang remaja cenderung lebih membutuhkan banyak waktu
sendiri. Karena perbedaan laki-laki dan perempuan semakin lebar, bagi
pribadi-pribadi yang cenderung tertutup, bersama-sama teman dari lawan jenis
berbeda menjadi semakin sulit.
Ketidak-nyamanan
hubungan pertemanan lawan jenis sebetulnya adalah alasan terkuat mengapa osananajimi jadi sulit di kehidupan
nyata. Ini bukan soal “tidak ada
laki-laki dan perempuan yang hanya tulus berteman”. Teman adalah arena bagi
kita untuk bisa diterima ketika menjadi diri sendiri. Memiliki teman yang
menuntut kita terlalu banyak menyesuaikan diri karena dibatasi perbedaan yang
mendasar seperti jenis kelamin cukup menyulitkan. Lagipula begitu kan biasanya
gerombolan-gerombolan yang kita lihat di sekolah-sekolah? Ada segerombol lelaki
yang ramai, segerombol perempuan yang suaranya kecil, sekelompok kecil
perempuan yang suaranya kencang dan ekspresif, dan seorang lelaki pendiam yang
biasanya juara kelas.
Lantas kenapa cerita
osananajimi jadi demikian populer? Cerita osananajimi melegitimasi asumsi
romantis kita terhadap kepingan-kepingan masa lalu. Apa guna menyimpan berkeping-keping
memori selain untuk dilihat-lihat lagi sesekali? Mengenang masa lalu bisa
menciptakan penghiburan. Menambahkan fiksi tipis ke dalamnya, yang sangat tipis
sehingga seolah-olah memang demikian adanya seringkali sangat menyenangkan.
Mungkin pernah suatu ketika kita melihat teman sebangku kita waktu SD sebagai
sosok yang jauh lebih menarik dari hari-hari biasanya hanya karena dia memakai
jaket merah baru. Dengan pantikan berupa cerita osananajimi, kita bisa memanggil-manggil ingatan lain tentang si
jaket merah, ketika dia meminjami penghapus, ketika dia bilang pada bu guru
bahwa kita ulang tahun lalu bu guru
meminta seisi kelas memberi selamat, dan ketika dia ikut dalam rombongan lima
orang yang menjenguk ke rumah ketika kita sakit, lalu menarik kesimpulan lain
yang benar-benar baru, bahwa itu cinta, kita hanya masih terlalu bodoh untuk
menyadarinya.
Pasar osananajimi besar karena semua orang
punya masa kecil. Terlebih lagi, penikmat cerita ini cenderung berada di masa
remaja yang sepi, ketika kita mengurung diri karena merasa buruk rupa setelah wajah
diserang puluhan jerawat hormon yang bandel. Dari kamar segi empat yang penuh
poster emo kita kemudian akan dengan mudah digiring pada nostalgia yang penuh
mitos. Berkat cerita osananajimi kita bisa bangkit dari ke-I hate my life-an. Kita percaya
bahwa dulu pernah ada romansa yang menjanjikan dan murni, tapi gagal karena
terlambat disadari. Kita lalu iseng lewat rumah si jaket merah, berharap
menemukan sosoknya. Ketika mendapati sosoknya, kita melenyapkan diri, takut,
sangat takut tertangkap basah dengan keadaan saat ini, tapi dalam hati luar biasa
bahagianya. Esok hari, menonton anime osananajimi
lagi, dapat asupan ilham lainnya tentang apa-apa yang mungkin dirasakan oleh si
jaket merah kepada kita, sehingga romansa penuh mitos itu semakin berkembang.
Tapi ya, itu mitos.
Menurut saya sih, hehe :D
Anyway, sampai jumpa di #Poptalk selanjutnya! Doakan semoga rubrik ini istikomah!
#popculture #osananajimi #childhoodromance #childhoodsweetheart
Komentar
Posting Komentar