Masakan
Sebuah Cerpen Aku agak ragu memasuki kamar kosku yang baru. Meski pindah atas rekomendasi seorang teman baik yang tinggal tak jauh dari rumah berlantai dua ini, aku masih sangsi kos ini jauh lebih baik dari yang lalu. Aku bukan pindah karena punya masalah, atau setidaknya, masalah itu hadir diluar diriku. Sejak awal semester lalu para penghuni kos sering sekali kehilangan barang. Yang hilang adalah smartphone, uang, bahkan laptop, bukan kaus kaki, sepatu, atau pakaian dalam. Barang-barang berharga ini jelas mengindikasikan kriminalitas, bukan sekedar kelainan psikologis seperti yang kerap dialibikan orang. Aku sendiri yang cukup berhati-hati soal barang-barangku pernah kehilangan isi dompet yang kutinggal sebentar di rak sepatu ketika sedang ke toilet. Jika sampai lulus aku tetap tinggal di sana, aku bisa jatuh miskin. Akan seperti apapun nantinya, tetap sulit untuk langsung optimis pada kos baru ini. Kamarku yang kedua dari pojok di lantai dua. Fasilitasnya kamar mandi dalam da